Batuan Metamorf

BATUAN MALIHAN

 

Marble

Marmer

Menyambung pembahasan yang lalu (baca: sepenggal kisah geologi) dan masih dalam kaitannya dengan batu – batuan, kali ini saya akan coba sedikit membahas mengenai batuan metamorf (metamorphic rock). Sebagai istilah yang sudah cukup banyak “ke-kuping” mulai dari tingkatan SD sampai yang sudah Profesor, maka mungkin tidak akan sulit untuk memahami istilah ini. Bagian bahasan yang saya buat ini, saya usahakan untuk membahas topik ini sesederhana mungkin namun akan mengandung informasi yang cukup untuk dapat memahami si batuan malihan ini.. 🙂 Sekali lagi mohon kiranya bila ada yang ingin ditambahkan atau merasa mendapat manfaat dari artikel ini untuk dapat menuliskan sedikit komentar. Terima Kasih

Kita mulai lagi dari yang paling dasar, tentunya pengertian, apa itu batuan malihan?

Wikipedia bahasa Inggris menulis: “Metamorphic rock is the result of the transformation of an existing rock type, the protolith, in a process called metamorphism, which means “change in form”. Yang dalam Bahasa Indonesia-nya: Batuan Malihan merupakan hasil ubahan dari batuan lain, melalui suatu proses yang dikenal dengan istilah metamorfisme, yang bermakna “berubah bentuk”.

Oke, secara singkat dapat kita tarik kesimpulan bahwa batuan metamorf/batuan malihan adalah: Batuan yang terbentuk sebagai hasil kegiatan metamorfisme yang terjadi pada batuan asalnya. Batuan asal ini dapat berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan itu sendiri. Proses metamorfisme/metamorfosa yang terjadi dipengaruhi oleh suhu dan tekanan.

Nah..setelah kita sedikit paham siapa itu batuan malihan, maka kita lanjut pada perkenalan tahap berikutnya… Apa saja proses metamorfisme itu? Baiklah, mari kita telaah bersama ya :). Berikut ini adalah tipe metamorfosa:

1. Metamorfosa Kontak / termal / suhu

Metamorfosa kontak, merupakan tipe metamorfosa (baca: perubahan) yang terjadi sebagai akibat terjadinya kontak antara magma (sebagai intrusi) terhadap batuan yang ada disekitarnya, baik itu batuan sedimen maupun batuan beku. Perubahan yang terjadi diakibatkan intensitas panas yang dikeluarkan oleh magma. Jenis metamorfosis ini terbatas pada zona sekitar intrusi yang dikenal dengan disebut aureole malihan atau malihan kontak. Di luar zona ini, batuan tidak terpengaruh oleh peristiwa kontak tersebut. Sebagai contoh, misalnya serpih menjadi batu tulis (sabak), phyllite, atau sekis, ketika mineral diselaraskan oleh tekanan. Tapi oleh peristiwa metamorfosis kontak ini, serpih “dipanggang” oleh intrusi dan berubah menjadi hornsfel, jika butirannya halus atau terubahkan menjadi granofel, jika butirannya menengah atau kasar.

 

Malihan

2. Metamorfosa dinamik

Peristiwa ini terjadi apabila batuan mengalami perubahan akibat tekanan tinggi. Jenis metamorfosa ini biasanya timbul pada bidang – bidang sesar / patahan. Sebagai hasil dari peristiwa ini, batuan akan hancur , dan pada bagian tersebut pula akan muncul mineral – mineral yang terubahkan.

Contoh hasil metamorfosa dinamik adalah: Melange (batuan campur aduk)

 

Batuan campur-aduk

Melange

3. Metamorfosa Regional

Jenis metamorfosa ini adalah metamorfosa yang paling sering muncul dan biasanya meliputi area yang sangat luas. Perubahan batuan terjadi sebagai akibat adanya temperatur dan tekanan tinggi yang menyertainya dalam proses perubahan dari batuan asal menjadi batuan metamorf. Sebagai contoh; Pegunungan Taconic di New York dan New England terbentuk dari kegiatan tabrakan purba antar lempeng yang menghasilkan batuan malihan. Sebaliknya, beberapa batuan malihan juga dapat terbentuk dari peristiwa turunnya suhu dan tekanan secara ekstrim yang dikenal dengan istilah metamorfosis pembalikan.

 

Tiga jenis metamorfosa diatas merupakan peristiwa metamorfosa yang paling umum terjadi. Diluar itu masih ada beberapa jenis metamorfosa lainnya yang lebih jarang terjadi. Apa saja itu? Mari kita intip bersama ya 🙂

Metamorfosa Hidrotermal

Ya, sesuai namanya, peristiwa metamorfosa ini melibatkan larutan yang sangat panas atau gas – gas yang mengisi celah – celah batuan, yang mengakibatkan terjadinya perubahan mineral di dalam batuan. Hal ini banyak muncul dalam batuan basal; cadangan bijih yang kaya akan bahan logam sering kali berasosiasi dengan peristiwa metamorfosa hidrotermal ini.

Metamorfosa Burial

Metamorfosa ini merupakan bagian dari metamorfosa regional, dimana peristiwa perubahan yang terjadi pada batuan adalah sebagai akibat dari terkuburnya batuan asal jauh di bawah lapisan – lapisan batuan sedimen. Suhu pada kedalaman beberapa ratus meter dapat mencapai lebih dari 3000 ®C. Dalam peristiwa ini mineral – mineral banyak yang mengalami perubahan dalam batuan asalnya, akan tetapi pada kebanyakan kasus perubahan batuan akibat metamorfosa ini tidak tampak melalui pengamatan biasa.

Metamorfosa Benturan

Perubahan batuan yang terjadi dari peristiwa ini adalah sebagai akibat benturan oleh benda asing seperti meteorit terhadap batuan asal, sehingga batuan asal tadi mengalami perubahan bentuk maupun susunan mineral yang terdapat di dalamnya.

Berikut marilah kita perhatikan diagram yang menunjukkan jenis – jenis metamorfosa berdasarkan faktor penyebabnya.

 

Metamorphism

Diagram Metamorfosis

 

Nah..bagaimana? Sudah cukup jelas mengenai batuan metamorf / batuan malihan kan? Pada Pokok bahasan selanjutnya akan saya kemukakan mengenai batuan – batuan produk kegiatan metamorfosa alias si batuan malihan itu sendiri.

Sebenarnya ada banyak jenis batuan metamorf. Berikut ini daftar beberapa yang paling umum ditemui:

1. Slate

Asalnya adalah serpih, ia berubah menjadi argillite,dan kemudian terubahkan lagi menjdi batu tulis. Seperti batuan asalnya, mineral batu tulis kebanyakan tidak terlihat dengan mata telanjang. Saat argillite dipengaruhi oleh panas dan tekanan, beberapa mineral tanah liat terubahkan secara kimia menjadi serpihan mika muskovit dan klorit. Serpihan ini kemudian tumbuh, permukaannya berorientasi sebagian besar sejajar satu sama lain dan tegak lurus terhadap arah tekanan. Hal ini menciptakan karakteristik utama dari batu sabak: kemampuannya untuk dengan mudah pecah sepanjang bidang belahnya (hal ini sering kali keliru dianggap sebagai bidang perlapisan, tetapi sebenarnya bukan). Dalam gilirannya, inilah karakteristik yang telah lama menjadikann batu tulis bahan yang sempurna untuk atap.

2. Phyllite

Saat batu tulis mengalami metamorfosis lebih lanjut, mineral-mineral bergabung menjadi butiran yang lebih besar untuk membentuk phyllite. Mineral lempung berubah menjadi mika, membuat phyllite mirip dengan massa serpih mika spontan. Batuan ini jugakemudian berisi beberapa mineral kuarsa, dan sejumlah kecil feldspar ortoklas saat mendapat lebih banyak panas dan tekanan.

3. Sekis

Seringkali tahapan berikutnya dari peristiwa metamorfosis setelah phyllite adalah sekis, di mana mika, ortoklas, dan molekul kuarsa bergabung menjadi massa yang lebih besar, memberikan kesan karakteristik berlapis-nya (foliation) dengan mineral berbongkah atau berserat yang cukup besar untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Berbagai jenis sekis lebih mudah diidentifikasi berdasarkan teksturnya daripada komposisinya, baik yang  berasal dari batuan beku maupun batuan sedimen. Contoh Sekis termasuk biotit serpih (serpih mika hitam biotit dengan keterdapatan kuarsa dan ortoklas); serpih hijau (dominasi mineral klorit berwarna hijau); dan serpih biru (Di dominasi oleh mineral glaukofan yang berwarna biru, bersama dengan beberapa mineral lainnya). Garnet juga ditemui sebagai kristal merah di beberapa sekis, mereka terbentuk dari rekombinasi unsur-unsur yang lebih kecil dalam batuan asli. Bahkan, kristal garnet merupakan indikasi yang baik yang menguatkan bahwa batuan tersebut merupakan batuan malihan.

4. Kuarsit

Kuarsit adalah batuan berlapis yang berasal dari metamorfosa batu pasir. Panas besar dan tekanan melelehkan mineral, yang kemudian bergabung kembali saat batuan mengalami pendinginan. Tetapi batuan itu sendiri komposisinya tidak berubah (atau, biasanya, dalam warna) ketika batu pasir berubah menjadi kuarsit. Sebaliknya, butiran yang terdapat dalam batupasir hanya menjadi lebih rapat jaraknya satu sama lain.

5. Gneiss

Gneiss paling sering berasal dari batu granit (atau batuan sejenis granit). Seperti sekis, gneiss diidentifikasi berdasarkan teksturnya, bukan komposisi mineralnya. Sebagian besar gneiss yang ada berupa pita – pita , tetapi lebih kasar dan kasar dari sekis, dan mineral tidak seperti pada sekis yang lebih besar dan terpisah. Butiran gneiss menunjukkan pola bergaris, yang menjadi petunjuk bagaimana mineral – mineral mengalir dan mencair pada saat peristiwa metamorfosa terjadi.

Demikianlah tour kita mengenai batuan malihan / batuan metamorf. Sampai ketemu di bahasan berikutnya ya…. 🙂

 

 

 

 

 

 

 

5 responses to this post.

  1. I take malihan

    Reply

  2. makasi infonya 🙂

    Reply

Leave a comment